Komen

Tinggalkan Komentar sebagai perbaikan

Komentar yang Ikwan maupun akhwat berikan di Blog ini sangat bermanfaat sekali untuk perbaikan... Diharapkan masukan yang ditinggalkan merupakan masukan yang membangun dan tidak mengandung unsur provokasi.. Syukron..

Bencana "Satu Ujian dari-Nya"

Posted by Formi Madani On 6:26 PM 0 comments



“Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit rasa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, orang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. [Al Baqarah/2:155-157]

PENJELASAN AYAT
Firman Allah Ta’ala :
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan”.
Dalam menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, (pada ayat ini) Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan bahwa Dia menguji dan menempa para hamba-Nya. Terkadang (mengujinya) dengan kebahagiaan, dan suatu waktu dengan kesulitan, seperti rasa takut dan kelaparan. [2]

Senada dengan keterangan sebelumnya, Syaikh Abdur-Rahman as-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya menyatakan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan, bahwa Dia pasti akan menguji para hambaNya dengan bencana-bencana. Agar menjadi jelas siapa (di antara) hamba itu yang sejati dan pendusta, yang sabar dan yang berkeluh-kesah. Ini adalah ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas para hamba-Nya. Seandainya kebahagiaan selalu menyertai kaum Mukminin, tidak ada bencana (yang menimpa mereka), niscaya terjadi percampuran, tidak ada pemisah (dengan orang-orang tidak baik). Kejadian ini merupakan kerusakan tersendiri. Sifat hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala (ini) menggariskan adanya pemisah antara orang-orang baik dengan orang-orang yang jelek. Inilah fungsi musibah”.[2]

Makna dari “dengan sedikit ketakutan dan kelaparan,” yaitu takut kepada para musuh dan kelaparan yang ringan. Sebab bila diuji dengan rasa takut yang memuncak atau kelaparan yang sangat, niscaya mereka akan binasa. Karena, hakikat ujian adalah untuk menyeleksi, bukan membinasakan. Sedangkan musibah berupa “kekurangan harta,” mencakup berkurangnya harta akibat bencana, hanyut, hilang, atau dirampas oleh sekelompok orang zhalim, ataupun dirampok.
Adapun bencana yang menimpa “jiwa,” yaitu berupa kematian orang-orang yang dicintai. Misalnya, seperti anak-anak, kaum kerabat dan teman-teman. Atau terjangkitinya tubuh seseorang, atau orang yang ia cintai oleh terjangkiti berbagai penyakit.

Berkaitan dengan kekurangan pada “buah-buahan,” lantaran bergulirnya musim dingin, salju, terjadinya kebakaran, gangguan dari belalang dan hewan lainnya, sehingga kebun-kebun dan ladang pertanian tidak menghasilkan sebagaimana biasanya.[3]

Semua ini dan bencana lain yang serupa, merupakan ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi para hamba-Nya. Barangsiapa bersabar, niscaya akan memperoleh pahala. Dan orang yang putus asa, akan ditimpa hukuman-Nya. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengakhiri ayat ini dengan berfirman:
“(Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar)”.[4]
Maksudnya, berilah kabar gembira atas kesabaran mereka. Pahala kesabaran tiada terukur. Akan tetapi, pahala ini tidak dapat dicapai, kecuali dengan kesabaran pada saat pertama kali mengalami kegoncangan (karena tertimpa musibah).[5]

Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan kriteria orang-orang yang bersabar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“(Yaitu), orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”.
Kata-kata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” inilah, dikenal dengan istilah istirja’, yang keluar dari lisan-lisan mereka saat didera musibah.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,”Mereka menghibur diri dengan mengucapkan perkataan ini saat dilanda (bencana) dan meyakini, bahwa mereka milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia (Allah Subhanahu wa Ta’ala) berhak melakukan apa saja terhadap ciptaan-Nya. Mereka juga mengetahui, tidak ada sesuatu (amalan baik) yang hilang di hadapan-Nya pada hari Kiamat. Musibah-musibah itu mendorong mereka mengakui keberadaanya sebagai ciptaan milik Allah, akan kembali kepada-Nya di akhirat kelak.”[6]
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kata-kata itu sebagai sarana untuk mencari perlindungan bagi orang-orang yang dilanda musibah dan penjagaan bagi orang-orang yang sedang diuji. Karena kata-kata itu mengandung makna yang penuh berkah.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala [inna lillahi] ini mengandung nilai tauhid dan pengakuan penghambahaan diri, dan di bawah kepemilikan Allah.
Sedangkan firmanNya [wainna ilaiyhi rajiu'un] mengandung makna pengakuan terhadap kehancuran yang akan menimpa manusia, dibangkitkan dari kubur, serta keyakinan bahwa segala urusan kembali kepada Allah.[7]

“(Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya)”.
Betapa besar balasan kebaikan yang diperoleh orang-orang yang mampu bersabar, menahan diri dalam menghadapi musibah dari Allah, Dzat yang mengatur alam semesta ini.
Kata Imam al Qurthubi rahimahullah : “Ini merupakan rangkaian kenikmatan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi orang-orang yang bersabar dan mengucapkan kalimat istirja’. Yang dimaksud “shalawat” dari Allah bagi hamba-Nya, yaitu ampunan, rahmat dan keberkahan, serta kemuliaan yang diberikan kepadanya di dunia dan di akhirat. Sedangkan kata “rahmat” diulang lagi, untuk menunjukkan penekanan dan penegasan makna yang sudah disampaikan”. [8]
Imam ath-Thabari mengartikannya dengan makna maghfirah (ampunan)[9]. Sedangkan menurut Ibnu Katsir rahimahullah maknanya ialah, mereka mendapatkan pujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.[10]

“(dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk)”.

Disamping karunia yang telah disebutkan, mereka juga termasuk golongan orang-orang muhtadin (yang menerima hidayah), berada di atas kebenaran. Mengatakan ucapan yang diridhai Allah, mengerjalan amalan yang akan membuat mereka menggapai pahala besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala [11]. Dalam konteks ini, yaitu keberhasilan mereka bersabar karena Allah.[12]

Ayat ini menunjukkan pula balasan bagi orang yang tidak mampu bersabar. Yaitu akan mendapat balasan dalam bentuk celaan, hukuman dari Allah, kesesatan dan kerugian.[13]

KESABARAN MENGHADAPI MUSIBAH MELURUSKAN AQIDAH

Kata sabar berasal dari shabara. Yakni menahan dan menghalangi. Mengandung makna mengekang jiwa dari menolak ketetapan takdir, menahan lisan dari keluh-kesah dan murka, serta mengendalikan anggota tubuh dari tindakan memukuli pipi, merobek-robek baju, dan reaksi-reaksi lainnya yang bersifat jasmine, dengan maksud menggugat takdir.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
??
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali denga izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” [At Taghabun/64:11]

Alqamah rahimahullah, seorang dari kalangan Tabi’in berkata: “Ia adalah seseorang yang dilanda musibah. Kemudian ia meyakini bahwa musibah itu berasal dari Allah, sehingga tetap ridha dan berserah diri”.

Said bin Jubair berkata,”Maksud firman Allah di atas, yakni ia mengucapkan istirja’ dengan mengatakan ‘inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (saat dilanda bencana).”
Ayat di atas, sebagaimana disampaikan Syaikh Shalih al Fauzan, adalah merupakan dalil, bahwa amalan termasuk dalam lingkup keimanan. Ayat ini juga menunjukkan, bahwa kesabaran merupakan pintu hidayah bagi hati. Dan seorang mukmin membutuhkan kesabaran dalam segala keadaan.
Yang lebih penting lagi, saat dilanda berbagai macam musibah, maka kesabaran benar-benar dituntut untuk selalu dikuatkan keberadaannya. Tidak bisa tidak, karena musibah-musibah yang terjadi tidak lepas dari ketentuan Allah Ta’ala. Sehingga ketidaksabaran, justru akan menggoreskan cacat pada keimanan seseorang terhadap rububiyah Allah Subhanahu wa Ta’ala.[14]
Bahkan hakikatnya musibah itu mendatangkan berbagai kemanfaatan. Diungkapkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah : “Bencana-bencana merupakan kenikmatan. Sebab menggugurkan dosa-dosa dan menuntut adanya kesabaran, sehingga memperoleh pahala. Juga mengharuskan inabah (kembali) kepada Allah, menghinakan diri kepada-Nya, berpaling dari sesama manusia dan kemaslahatan penting lainnya. Terhapusnya dosa dan kesalahan dengan adanya musibah-musibah, (juga) termasuk kenikmatan yang besar…”. Dikutip dari al Irsyad, hlm. 103.

SUKA MENGELUH, GELAR ORANG-ORANG YANG JAHIL [15]

Orang yang jahil (bodoh) mengadukan Allah kepada sesamanya. Ini merupakan tindakan bodoh yang sangat parah terhadap Dzat yang Maha Agung. Seandainya ia mengenal Allah dengan sebaik-baiknya, tentu ia tidak akan mengeluhkan perbuatan-perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga tidak akan mengeluhkan Allah kepada sesama.manusia.
Adapun orang yang berilmu, ia akan mengadu hanya kepada Allah saja. Yaitu dengan menyalahkan diri sendiri, bukan orang lain.

PERLUNYA JIWA DIDIDIK DENGAN BENCANA [16]

Bencana atau musibah yang sedang melanda, hakikatnya memiliki peran besar dalam mendidik jiwa. Karena sudah semestinya jiwa itu juga harus dididik, meskipun dengan bencana. Sehingga ia akan memiliki kekuatan yang tegar, keteguhan sikap, terlatih, selalu respek dan waspada terhadap lingkungan sekitar.
Kesulitan-kesulitan yang dialami jiwa, sesungguhnya akan menghasilkan potensi luar biasa. Potensi itu dalam bentuk kekuatan besar yang tersembunyi. Kesulitan-kesulitan itu mampu membuka celah-celah hati, yang bahkan tidak diketahui oleh seorang mukmin sekalipun, kecuali melalui bencana atau musibah yang menderanya.
Saat itulah, seorang manusia harus segera menyadari, bahwa yang paling penting ialah iltija`. Yaitu mencari perlindungan diri kepada Allah semata, ketika seluruh tempat bergantung mengalami kegoncangan. Tidak ada tempat berlindung kecuali naungan-Nya. Tidak ada pertolongan, kecuali dari-Nya. Di saat-saat genting itulah, tabir kepalsuan kekuatan makhluk tersingkap. Tidak ada kekuatan kecuali dengan kekuatan Allah. Tidak ada daya kecuali daya-Nya. Dan tidak ada tempat perlindungan kecuali kepada-Nya.
Razaqanallah husnal khatimah. Wallahu a’lam.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun X/1428H/2007M, Rubrik Mabhats, melalui http://rumahmadina.com/blog-artikel-islam/bersabar-saat-tertimpa-bencana-meluruskan-aqidah/]



Category : edit post

Satu Hati Kuatkan Dakwah islam di Ekonomi

Posted by Formi Madani On 12:59 PM 0 comments




Hari ini cuaca tidak begitu cerah, hal itu bertahan sebelum hujan deras mengguyur diatas pukul 11, hingga bermalas - malasan sepertinya adalah satu-satunya hal yang diminati banyak orang dalam kondisi seperti ini, tidak terkecuali 'Mahasiswa'.

Contras, pilihan berbeda yang diambil beberapa mahasiswa ekonomi, semenjak jam sepuluh telah berada di areal GM untuk persiapan Temu Ramah ADK, ADKP dan Alumni. dan sejak jam 10.30 pagi mereka berpacu bersama rintik - rintik hujan yang turun, demi sebuah kata 'Dakwah'.

Waktupun bergulir, jam satu acara dimulai dengan kedatangan salah seorang ADKP, Pak Abror pun datang meski sempat mendapati panitia menyusun kursi untuk acara, dan agenda dibuka oleh Bejo, berlanjut dengan Tilawah kemudian kata sambutan dari ketua panitia: Rahmad, dan pastinya kata sambutan ketua Formi: Relfi Andra.

Tausiyah dari Pak Abror menghangatkan suasana dan setelah itu diskusi yang fasilitasi oleh tiga orang ADKP, Pak Hendri Andi Mesta, Pak Gesit thabrani dan Pak Abror, Edo andrefson seorang mahasiswa dan juga aktivis kampus yang energetic mengambil peranan sebagai seorang moderator.

Situasi acara mengikuti alurnya masing - masing, berdiskusi tentang tutorial, wisma dan keislaman diketengahkan dihadapan peserta, hingga tidak terasa Azan pun menggema dan para Peserta berhimpun dalam satu tujuan, Mesjid Al-Azhar.


Setelah asar jumlah persertapun tidak berkurang, 'formi madani selalu dihati' menjadi obat penyejuk di hati untuk menepis sejenak kelelahan yang menyapa, "Satu hati, kuatkan Dakwah Islam di Ekomi" kata - kata di spanduk mengharu birukan semangat mereka seiring dengan angin badai yang menerpa diluar sana. 24 orang akhwat, 6 dari 2010, 6 orang 2009, 8 orang 2008 dan 4 orang dari 2007.

10 orang ikhwan, yang mengaliri ombak dakwah di kampus pun tidak kalah dengan semangat 100 orang mujahid. Allahu Akbar !!

Tepat jam lima kurang sepuluh menit, peserta ikhwan meninggalkan ruangan untuk berdiskusi tentang gerakan dakwah kedepannya sedangkan peserta akhwat mendapat kehormatan menempati ruangan namun dengan agenda yang sama, diskusi tentang dakwah formi selanjutnya.. dan Subhanallah melihat semangat dimata mereka untuk melanjutkan langkah dakwah yang telah dimulai dan tak akan berakhir ini. Melihat mereka seperti melihat ADK yang kini menjadi BP tertua dalam kalender akademik,, ide-ide segar bermunculan dari masing-masing peserta setelah mereka dibagi berdasarkan gender dan itu indah, seindah islam menghargai mereka yang bertahan dalam hijabnya.

Agenda temu ramah yang terasa memang benar-benar ramah untuk semua peserta sehingga perlahan terlihat harapan kedepan agar ukhuwah ini tetap bertahan dan semakin erat, agar Formi dikenal bukan karena ketidak legalannya tapi karena rangkaian acara yang diangkatkannya, agar Formi mengerti kebutuhan yang sedang dirasa mahasiswa dan agar anggota yang tergabung mendapat amunisi semangat dari rangkaian kegiatan internal yang baru saja diusulkan oleh salah seorang ADK 2010.

Rangkaian acara berakhir menjelang jam 6 sore, tak ada wajah letih ketika tiga kali takbir diteriakkan, dan sebelum keluar ruangan,,sekali lagi spanduk menyita perhatian ‘Satu hati, Kuatkan Dakwah Islam di Ekonomi’ dan segera kuaminkan.

Kita telah memulainya, dan kita tidak akan mengakhirinya . . .



Category : edit post

Temu Ramah FORMI dengan Peserta OR

Posted by Formi Madani On 6:30 PM 0 comments



Alhamdulillah…..

Terus berusaha untuk menjadi organisasi yang mewadahi anggotanya menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari, hingga menjadi generasi Rabbani, berorientasi tidak hanya kesejahteraan dunia, tapi juga kesuksesan akhirat, itulah FORMI MADANI……..

Pada Sabtu, 10 April 2010 pengurus FORMI MADANI 2009/2010 mengadakan acara Temu Ramah dengan adik-adik BP 2009 yang masuk dalam Open Recruitment (OR) FORMI MADANI. Acara yang berlangsung dari pukul 14.00 hingga azan ashar ini diadakan di GM 4 UNP.

Acara ini dipandu oleh Muhammad Sugero, mahasiswa jurusan akuntansi BP 2009. Setelah pembacaan Alquran, pengarahan singkat tentang acara dijelaskan oleh koordinator KPSDA. setelah penjelasan singkat tentang acara, Ketua Umum FORMI MADANI, Relfi Yandra, Memandu acara inti, yaitu sesi pengenalan FORMI MADANI. Ketua Umum FORMI yang merupakan mahasiswa pendidikan ekonomi BP 07 ini menampilkan video profil FORMI MADANI, memperkenalkan pengurus FORMI MADANI, dan memberikan kesempatan kepada generasi 09 FORMI MADANI untuk memperkenalkan diri.

Sebelum acara ditutup, pengurus FORMI memberikan pengumuman tentang adanya sistem magang bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi BP 09 dalam ikut berperan serta dalam mengadakan kegiatan-kegiatan FORMI.



i luph islam

Posted by Formi Madani On 4:46 AM 0 comments





Photobucket



Category : edit post
Posted by Formi Madani On 9:38 AM 0 comments

Yang Tak Lelah di Jalan Dakwah

Kelelahan adalah hasil dari upaya pergerakan yang mencapai titik optimal. Sebuah usaha yang dilakukan tanpa henti, namun bisa juga berkelanjutan. Kelelahan adalah tapal batas ikhtiar seseorang yang menunjukkan batas kemampuannya. Kelelahan adalah ujung titik perjalanan dari satu titik permulaan di sisi lain.. Kelelahan adalah awal dari kebugaran. Kelelahan bukan tidak bisa terobati

Umar merasa gelisah. Sebagai Amirul Muminin dia harus mengambil tanggung jawab ini. Dan ketika Umar bin Khatab hendak pergi ke medan perang untuk memimpin kaum Muslimin menghadapi pasukan Persia. Para sahabat mencegah kepergian Umar. Abdurrahman bin Auf melarang kepergian Umar. “Sebaiknya engkau tetap berada di Madinah, kepergian engkau akan sangat berbahaya bagi keselamatanmu. Saat ini Islam sedang menghadapi hari-hari yang menentukan. Kirimlah seorang di antara kami untuk menghadapi pasukan Persia,” ujar Abudarrahman. Setelah melalui musyawarah, akhirnya diputuskan Saad bin Abi Waqqash yang menjadi pemimpin pasukan kaum Muslimin melawan pasukan Persia yang dipimpin oleh Jenderal Rustum.

Saad bin Malik Az-Zuhri, biasa dikenal dengan sebutan Saad bin Abi Waqqash, adalah paman Rasulullah saw dari pihak Ibu. Saad bergabung dalam barisan Islam saat berusia 17 tahun. Menurut suatu riwayat Saad berbaiat bersama dengan Abdurrahman bin Auf, Ustman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka adalah para pionir ketika Islam baru terbit di langit Mekah.

Sebelum perang Qadisiyah meletus, perang melawan tentara Persia, Saad melakukan proses dialog dengan pihak Persia. Apakah mereka akan tunduk di bawah naungan Allah. Dialog pun terjadi:

“Sesungguhnya Allah telah memilih kami untuk membebaskan hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya dari pemujaan berhala kepada pengabdian kepada Allah. Dari memandang dunia secara sempit untuk memandangnya secara luas. Dari kezaliman pihak penguasa kepada keadilan Islam. Barang siapa yang mau menerima tentu kami terima dan kami biarkan mereka. Tapi siapa saja yang memerangi kami, tentu mereka kami perangi pula hingga kami mencapai apa yang dijanjikan Allah,” ucap utusan pasukan Islam.

“Apa yang dijanjikan Allah kepada kalian?”, tanya Rustum.

“Surga bagi kami yang mati syahid dan kemenangan bagi yang masih hidup,” jawab mereka.

Di mata Rasulullah saw, Saad memiliki keistimewaan, bukan karena dia paman Rasul. Setidaknya ada dua keistimewaan yang mengalir dalam diri Saad, yaitu panah dan doa. Saad adalah sahabat Rasulullah yang melepaskan busur panah pertama kali ke hadapan kafir Quraisy. Di waktu perang Uhud Rasulullah pernah berucap ”Panahlah hai Saad! Ibu bapakku menjadi jaminan.” Ali bin Abu Thalib menuturkan bahwa dia belum pernah mendengar Rasulullah menjadikan orang tuanya sebagai jaminan kecuali kepada Saad. Selama terjun dalam barisan jihad, panah Saad tidak pernah meleset satu pun dari sasaran kaum kafir. Keistimewaan lainnya adalah bila Saad berdoa maka doanya tidak pernah “meleset” (baca:selalu dikabulkan).

Perang tidak bisa dihindari. Saat perang mencapai puncaknya, saat itu juga Saad mengalami penyakit bisul disekujur tubuhnya. Jelas hal itu tidak menghalanginya. Perang pun pecah. Ada 30 ribu pasukan Islam dihadapan pasukan Persia yang berjumlah 100 ribu orang. Takbir menggema ke sudut-sudut padang pasir. Debu-debu beterbangan. Kaum Muslimin berhasil menyelimuti dan memporak-porandakan pasukan Persia.

Suatu ketika Saad berhadapan dengan peristiwa yang dilematis. Ibunya mengancam akan mogok makan dan minum jika Saad tetap memeluk Islam. Pada akhirnya sang Ibu melakukan niatannya. Saad bergeming. Rayuan menghampiri Saad ketika dia melihat kondisi sang ibu yang semakin parah dan kritis. Luluh hati Saad, tapi keimanan Saad telah menghujam jauh ke dasar hati. Lebih keras dari logam apapun di dunia ini. Lebih kuat dari batu apapun di alam semesta ini. Saad hanya berucap:

“Demi Allah, meski Ibu memiliki seratus nyawa, lalu keluar helai demi helai aku tidak akan meninggalkan agama ini,” ujar Saad. Peristiwa itu dikenang dalam Alquran surah Luqman:15.

Pasukan Persia masih menunjukkan kukunya. Meski mereka pontang-panting dalam perang Qadisiyah, masih ada serpihan-serpihan tentara Persia yang melakukan perlawanan. Dua tahun berikutnya dalam perang Madain (nama daerah di Irak) Saad kembali berhadapan dengan sisa tentara Persia. Sejarah telah mencatat bahwa pemimpin-pemimpin yang hebat tidak takut dengan perubahan. Mereka menganggap perubahan (hal baru) adalah suatu tantangan dan media meng-upgrade diri.

Pasukan Islam tidak saja berhadapan dengan tentara Persia, tapi juga harus menghadapi luas dan ganasnya Sungai Tigris. Ini adalah tantangan baru karena selama ini pasukan Islam belum pernah melalui air atau sungai. Besarnya keyakinan akan pertolongan dari Allah, mereka berhasil menundukkan sungai Tigris yang lebarnya seperti lautan. Mereka terjun ke sungai tidak jauh berbeda seperti mereka berjalan diatas padang pasir. Tidak ada tanda kelelahan di raut wajah mereka. Inilah karakter pemimpin besar yang tidak takut akan perubahan dihadapannya. Dan sekali lagi, Saad berhasil memadamkan api pemujaan di Persia untuk selamanya.

Saad bin Abi Waqqash adalah sahabat Rasulullah dari kalangan Muhajirin yang terakhir menutup usia. Saad terbenam pada usia 80 tahun. Allah menghendaki Saad wafat di atas ranjang bukan di medan perang. Namun hal itu tidak mengubah status syahidnya. Allah telah menyediakan ranjang terindah di surga-Nya untuk Saad. Ketika meninggal, hanya sehelai kain kusam yang menjadi kafannya. Kain itulah yang menjadi jirah (baju perang) saat menghadapi kaum kafir pada Perang Badar.

Selama menarik nafasnya di dunia, Saad tidak pernah sekerat pun memasukkan makanan haram ke dalam mulutnya. Lidah Saad terjaga dari kata-kata yang buruk. Hatinya senantiasa bersih dan tidak pernah menaruh dendam sedikit pun kepada orang lain. Dialah yang tidak pernah lelah di jalan dakwah hingga ujung usianya. Itulah amunisi Saad ketika membawa panji-panji Islam.

Wallahualam

sumber

Category : edit post

Ekonomi Syariah Pilihan Masa Kini

Posted by Formi Madani On 8:50 AM 0 comments

Maraknya bank konvensional membuka jalur alternatif yang berbasis ekonomi syar’i yang lebih dikenal dengan bank syariah, memberikan wajah baru bagi perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat Sumatera Barat (Sumbar). Hal ini seiring dengan visi Pemerintahan Kota (Pemko) Padang lima tahun ke depan, yakni metropolis, religius, aman, dan sejahtera. Demikian diungkapkan Staf Ahli Wali Kota Padang, Bidang Ekonomi Dan Keuangan, Drs. Sastri Yunizarti Bakry, Akt, M. Si dalam Festival Ekonomi Syariah On Campus selama sepekan (22/6-28/6).

Sejurus dengan hal ini, Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang (FE UNP) menyelenggarakan Festival Ekonomi Syariah On Campus ini selama sepekan. Acara ini berakhir dengan Rapat Kerja Regional Forum Serikat Studi Ekonomi Islam (Rakerreg FoSSEI) dari Sumatra Bagian Tengah (Sumbagteng) meliputi Sumbar, Jambi, dan Riau. Rakerreg ini akan diikuti oleh 15 KSEI dari 14 Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta se-Sumbagteng.


Dalam acara ini Wali Kota Padang diwakili oleh stafnya menyampaikan apresiasi tinggi terhadap ide dan gagasan yang telah dirancang KSEI. Sehingga ide ini terwujud dalam bentuk penyebarluasan atau sosialisasi informasi tentang ekonomi syariah kepada masyarakat luas. Acara ini tidak hanya menghadirkan kuliah umum atau sarasehan, namun juga menyelenggarakan seminar nasional dengan tema yang sama, ‘Membangun Komitmen dan Sinergitas Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat Menuju Sumatra Barat Sejahtera dengan Ekonomi Islam’.


Pembahasan ekonomi Islam lebih mendalam dikaji ulang dalam seminar nasional. Dalam seminar ini didatangkan pemateri dari Departemen Keuangan Republik Indonesia, Ardhian Dwiyoenanto. Ardhian menjelaskan dalam ekonomi syariah jenis obligasi yang ditawarkan pemerintah ada sejenis sukuk, surat berharga syariah yang bisa dipinjamkan ke bank. “Sejenis saham yang bisa dipergunakan masyarakat untuk meminjam uang dan sebagai modal usaha,” jelasnya Jumat di Aula lt 3 Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) (26/6) lalu. Namun sistem ini berbeda dengan apa yang diterapkan pada Mudharabah, atau sistem bagi hasil, tambahnya.


Tidak hanya itu, Kepala Bursa Efek cabang Padang, Reza Syadat Syahmeini, menerangkan mengenai lemahnya masyarakat Indonesia dalam menginvestasikan modalnya di pasar modal. “Tidak hanya di Padang, di Jakarta pun masih didominasi oleh bangsa asing” tuturnya. Hal ini, menurut Reza lagi, disebabkan masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang fungsi dan keuntungan yang akan diperoleh jika berinvestasi di pasar modal. Untuk itu, salah satu titik terang yang mulai dibangun oleh Bursa Efek di Padang adalah membangun pojok bursa di kampus-kampus di kota Padang. “Universitas Andalas telah menerapkan ini, dan Agustus tahun ini, kita akan membangun pojok bursa di UNP tepatnya di samping gedung Magister Manajemen,” imbuhnya. Reza berharap pojok bursa setidaknya dapat mensosialisasikan pentingnya dan keuntungan yang diperoleh jika berinvestasi di pasar modal. Adek
Sumber GANTO

Posted by Formi Madani On 12:51 AM 0 comments

Category : edit post

UNTUKMU YANG TAK LELAH BERHARAP

Posted by Formi Madani On 9:28 AM 0 comments


Islam itu indah sahabat…
Lebih indah dari pelangi di ujung nirwana selepas hujan reda
Lebih menakjubkan dari 7 keajaiban dunia
Lebih mengagumkan dari berkelana di antara bintang-bintang di luar angkasa sana
Lebih berharga dari tiap perhiasan yang ada di jagad raya ini, bahkan jauh lebih berharga untuk dibandingkan dengan hal-hal semacam itu
Ia teramat indah hingga generasi terbaik dari umat ini menghiasinya dengan darah kesyahidan di medan Badar, Uhud dan medan-medan lain

Untukmu yang tak lelah berharap…
Kepadamu lah Rasulullah mewariskan perjuangan ini
Di pundakmu lah beban dakwah ini diamanahkan
Di tanganmu lah harapan terwujudnya peradaban madani
Biarkan dakwah menghidupi ruhmu, yang menjagamu agar tak menderita kelak
Jadikan dakwah ini sebagai pembeda antara kaum yang diberkahi dan kaum pendusta ayat-ayat Nya

Untukmu yang tak lelah berharap…
Sudahkah kau dengar dentuman yang menghantarkan para syuhada menemui Rabb-nya?
Sudahkah kau lihat wajah-wajah mungil yang berdiri tegak tak tergoyahkan meski senapan yahudi laknatullah kerap kali dihadapkan ke kepalanya? Berbekal batu dan dengan lantang berteriak “Khaibar-Khaibar ya, Yahud! Ja'isyu Muhammad Saufa Ya'uud!”
Sudahkah kau lihat sorot mata ketegaran dan kebanggaan para ibu yang merelakan buah hatinya menjadi mujahid, menanamkan jiwa intifadah dan rindu syahid dalam dada anak-anak itu?

Untukmu yang tak lelah berharap…
Aku bangga padamu yang sanggup mengorbankan kepentinganmu demi merencanakan manuver-manuver dakwah
Aku bangga padamu yang tetap tegar meski hari-hari yang kau lalui penuh dengan ujian dan rintangan
Aku bangga padamu yang tetap bisa tersenyum meski masalah tak bosan menghampirimu, malah dengan lapang dada memberikan tausiyah untuk menguatkan saudaramu yang lain
Aku bangga padamu yang menghabiskan sepertiga malam terakhirnya untuk bersimpuh pada Rabb-Nya penuh deraian air mata pengharapan
Aku bangga pada padamu yang kerap melantunkan al-ma’tsurat dan menghafalkan surat cinta dari-Nya sementara teman-temanmu yang lain bersemangat menyenandungkan nasyid atau bahkan lagu-lagu jahiliyah

Untukmu yang tak lelah berharap…
Teruslah berharap agar generasi terbaik akan terus lahir dari rahim dakwah yang panjang ini
Teruslah berharap agar Allah akan memenangkan perjuangan ini, meski kau tak sempat merasakannya
Dan yakinlah akan janji-Nya yang indah bagi tiap jiwa yang ikhlas berkorban di jalan-Nya

“Dan sesungguhnya orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami pasti akan kami tunjukkan jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Ankabut: 69).

Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu. Telah berjumpa dalam taat pada-Mu. Telah bersatu dalam da'wah pada-Mu. Telah terpadu dalam membela syari'at-Mu. Kokohkanlah, Ya Allah ikatannya, kekalkan cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal pada-Mu. Nyalakanlah hati kami dengan ma'rifat kepada-Mu. Matikanlah ia dalam syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong...
sumber dari sini

Category : edit post

Geliat ekonomi syariah di fe unp

Posted by Formi Madani On 8:57 AM 0 comments

Dari seluruh pengguna jasa bank di seluruh Indonesia hanya 1% nasabah yang memilih menggunakan Bank Syariah. Selebihnya masih memilih mempercayakan kepada bank-bank konvesional seperti Bank BNI, Mandiri, BPD dan lain-lain. Hal ini lah yang menjadi perhatian dan salah satu contoh landasan perlunya ada pengkajian lebih lanjut mengenai Bank Syariah khususnya, dan ekonomi syariah secara umum.
Hal ini disampaikan salah seorang dosen FE, Rino, S.Pd sekaligus pembicara dalam acara pembentukan Kajian Studi Ekonomi Islam (KSEI) FE UNP, Minggu (27/7) di ruangan GL 6. Lebih lanjut Rino menjelaskan langkah pertama yang dapat dilakukan setelah KSEI terbentuk adalah dengan mengembangkan kemampuan melalui tulisan-tulisan mengenai ekonomi syariah kepada dunia luar. “KSEI inilah nantinya yang akan mempolopori adanya media tulis ekonomi syariat seperti tabloid atau jurnal yang fokus terhadap masalah ekonomi syariah dan eksis secara kontinuitas,” ujar Rino.
Selain itu yang menjadi perhatian penting bagi pembentukan KSEI nantinya menurut Rino adalah kontribusi mereka yang tergabung dengan KSEI dalam hal akademik. Mahasiswa muslim FE UNP lanjut Rino akan mempelajari Ekonomi Islam secara terstruktur dan sistematis. Tak hanya itu, mahasiswa juga berupaya untuk mengimplementasikan Ekonomi Islam dalam wujud pengembangan dan pemberdayaan Sistem Ekonomi Islam dalam tatanan teoritis dan praktis di kehidupan sehari-hari dan. berperan aktif dalam melakukan sosialiasasi kegiatan pengembangan ekonomi Islam di tingkat UNP dan Masyarakat Sumbar umumnya.
Pembentukan KSEI ini pun disambut antusias oleh mahasiswa. Hal ini terbukti dalam tulisan Edo Andrefson (Pembumian Ekonomi Islam dalam Nuansa Ukhuwah dan Ilmiah). Dalam tulisannya mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan BP 2007 ini mamaparkan Fokus Kerja KSEI diarahkan pada pembentukan komunitas kajian/keorganisasian dan legitimasi lembaga (forming condusive and competitive environment). Bidang keilmuan (pengembangan dan sosialisasi ekonomi Islam dikalangan akademisi, birokrasi dan praktisi. Pengkaderan, dan pembangunan jaringan (networking) dengan stakeholder ekonomi syari’ah yang diharapkan menjadi salah satu sumber pendanaan (funding) dan keuangan (financing) organisasi
Semangat mahasiswa untuk membentuk KSEI juga disokong oleh salah seorang Koordinator Presidium Nasional FoSSEI (Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Syariah) dari Universitas Sriwijaya, Mu’izzudin. Dalam Rangkaian acara yang bertemakan ‘Urgensi dan Perkembangan Ekonomi Islam di Perguruan Tinggi ini Mu’izzudin menekankan tak penting nantinya KSEI FE UNP berada dibawah organisasi apa. FoSSEI sebagai organisasi dengan visi yang sejalan dengan KSEI akan mewadahi niat baik mahasiswa FE ini untuk mengadakan kerja sama dengan FoSSEI nantinya. “Apresiasi saya terhadap ruhul jadid (semangat baru) rekan-rekan semua untuk serius memikirkan masalah ekonomi syariah ini karena umat terbaik adalah ketika mereka mampu mencari solusi terbaik atas permasalahan yang ada, khususnya masalah ekonomi saat ini” ujarnya.
Acara yang dihadiri oleh mahasiswa FE UNP dan beberapa anggota KSEI dari berbagai universitas di Sumatera Barat diantaranya KSEI UBH dan KSEI Unand ini diakhiri dengan deklarasi pengukuhan pembentukan KSEI FE UNP yang resmi didirikan(27/7)

Category : edit post

About Me

Followers